“Katakan pada siapapun jua, bahwa kita yang senantiasa mencintai tanpa rasa tunduk”

Tak menyangka, kita dapat bertahan selama dan sejauh ini, hingga kini tiba waktunya kita bersama. Membalut memar untuk meredam luka. Menghapus duka untuk membakar asa. Dan menjadikannya tawa bahagia.

“Serupa kita yang harus tetap menjadi kita”

Kita tidak pernah dan tidak akan pernah mengembalikan badik pada sangkar sebelum menyelesaikan cita-cintanya, sebab tak ada pelayar handal dilautan yang dangkal. Maka sengaja kita biarkan kapal berlayar tak bawa jangkar, untuk pantang berlutut kala badai menerpa!!

Kepadamu yang kupilih untuk menjadi akhir!

Jangan ragu kasihku.
Tenanglah dalam menghadapi segala hal yang tak terduga, karena hidup adalah perjalanan yang tidak menawarkan pilihan lain selain dijalani. Meski mungkin, kelak waktu bakal menyakitimu. Membuatmu lelah tak berdaya. Membolak-balikan akalmu dan menghapus senyum di wajahmu. Tapi pikiranmu harus tetap samudera, banyak orang akan tenggelam disitu.

Hidup kita harus berjalan sejauh panjang ketiadaan ujung jalan. Berputar dalam labirin ilalang, tanpa setetespun takut akan habis di bantai kemiskinan. Menyelami palung dalam umur yang paling tak masuk akal. Sampai dingin menghiasai malam berkelopak coretan tanda ketidakpatuhan. Meludahi kepasrahan dengan parang di tangan.

Jadikanlah kisah ini sebuah aksara tentang hasrat yang siap menua bersama angkara. Agar sampai kapanpun, seyogianya cinta kita terus membersamai berani dan tak membiarkan ketakutan datang menguasai nyali. Bentangkan semangat, merentang gairah dan ramulah amarah. Hingga setiap perasa dari kita tidak terkubur dan kalah, namun menebarkan daya yang gagah serta bermarwah.

2 Februari, 2025